Jumat, 09 November 2012

muhasabah cinta







MUHASABAH CINTA

“As…bangun sayang..dah subuh ni.”Sayup-sayup saya mendengar satu suara. Saya membuka mata. Suami tersenyum memandang saya.

“Astaghfirullah..mimpi rupanya..”bisik saya sendiri. Saya memicit kepala berulang kali. Betapa saya memikirkan cerita dan masalah rumahtangga yang banyak mengisi ruang kotak emel, hingga terbawa ke alam lena.

Melihat suami yang telah bersedia untuk ke masjid, saya bersegera ke bilik air. Membersihkan diri dan bersuci.

Usai solat, saya menadah tangan ke hadrat Yang Esa. Munajat saya berisi muhasabah cinta. Doa saya:

“Wahai pemilik cinta yang hakiki, pandulah kami..bimbinglah kami. Jangan biarkan kami sendiri melayari kehidupan ini. Biarlah kesakitan yang ENGKAU berikan sebagai kaffarah dosa dan silap kami. Sakit yang nampak di mata, jua sakit yang menyelinap ke dalam jiwa. Bantulah kami untuk mensucikan ruh dan hati. Izinkan kami menyintai dengan Cinta dan Kasih yang suci dari-Mu..sesungguhnya cinta, kasih dan sayang kami hanya kerana-Mu, Ya Rabbi.”

Ameen..ameen.




PEMBIMBING

“ Sahabat terlalu mengharap kesempurnaan. Tiada manusia yang sempurna serba serbi. Kita sebagai isteri juga banyak kelemahan diri..”luah saya lembut. Saya pegang bahunya. Moga dia mengerti.

“ Bukan begitu…”dia menafikan. Airmatanya yang tumpah dibiarkan laju menuruni pipi.

“Dahulu, saat dia melafazkan: Aku terima nikahnya, ana terlalu gembira. Bersyukur, memperolehi seorang suami yang mampu menjadi pembimbing dan pendamping setia. Tetapi..kini, setelah bertahun hidup bersama..apa yang ana impikan jauh dari kenyataan…dia bukan sebagaimana yang ana harapkan. Ana pula yang banyak menegur salah dan silap suami,” dia bersuara. Sebak dan sayu. Pilu.

“Itulah yang bagus..menegur salah pasangan, tanda masih ada kasih. Tidak membiarkan dia terus berdosa, lambang sahabat masih punya cinta,”saya memberi semangat. Dia bagai terkejut mendengar bicara saya. Saya tersenyum.

“ Sahabat…sebagai manusia, setiap dari kita mengalami turun naik iman di dada. Pahala semakin sirna berganti khilaf dan dosa. Justeru, sebagai suami atau isteri, kita sewajarnya bukan hanya melihat kelebihan pasangan sebagai keistimewaan yang mampu membahagiakan, tetapi juga menerima kelemahannya sebagai hadiah dari Yang Maha Esa.” Saya menambah rencah nasihat dengan nada sebak memenuhi jiwa. Nasihat saya kepadanya, adalah juga peringatan untuk diri saya yang sering lupa



HADIAH

“Hadiah…bagaimana tu?” Dia bertanya. Sudah ada sinar pada renungan matanya. Hati saya berbunga ceria.

“Hadiah berupa peluang dan ruang agar kita MELIPATGANDAKAN amalan, ibadah dan usaha untuk memperbaiki diri. Semakin mendekatkan diri pada Ilahi. Adakalanya kita lalai dan leka..hanya melihat kelemahan dan kesilapan pasangan, tanpa lebih dulu menilai kesilapan diri sepanjang tempoh perkahwinan. Terlalu banyak alasan yang kita cipta hanya untuk menampakkan kita betul dan benar belaka. Kerjaya, anak, rutin rumahtangga dan berbagai lagi.

Kesibukan itu..menyebabkan kita membiarkan pasangan tanpa layanan. Dan yang paling malang, kesibukan itu, menjadikan kita semakin jauh dari Tuhan.

Solat tidak lagi di awal waktu. Tergesa-gesa sahaja.

Doa juga tidak lagi panjang dan penuh pengharapan seperti dulu.

Ibadah tidak lagi menjadi makanan yang enak dan sihat kepada ruh yang dikurniakan Ilahi, tetapi telah bertukar basi dan mengundang penyakit pada diri. Ruh kita sakit dan menderita..Bila semua itu berlaku, jiwa kita jadi kacau..tak menentu. Lalu, masalah yang kecil diperbesar-besarkan, pasangan disalahkan dan akhirnya saling berjauhan,”tambah saya penuh keinsafan.

Dia tunduk, menekur kepala. Ada titisan yang menitik ke lantai. Buat ke sekian kali, tangisan sayunya memecah hening sunyi.
 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
  • Mauris euismod rhoncus tortor...

    At vero eos et accusamus et iusto odio dignissimos ducimus qui blanditiis praesentium voluptatum deleniti atque corrupti quos dolores et quas molestias excepturi sint occaecati cupiditate non provident, similique sunt in culpa qui officia deserunt mollitia animi, id est...

  • Sed nunc augue...

    At vero eos et accusamus et iusto odio dignissimos ducimus qui blanditiis praesentium voluptatum deleniti atque corrupti quos dolores et quas molestias excepturi sint occaecati cupiditate non provident, similique sunt in culpa qui officia deserunt mollitia animi, id est ...

  • Why is it needed...

    At vero eos et accusamus et iusto odio dignissimos ducimus qui blanditiis praesentium voluptatum deleniti atque corrupti quos dolores et quas molestias excepturi sint occaecati cupiditate non provident, similique sunt in culpa qui officia deserunt mollitia animi, id est ...